Animasi

Kamis, 16 Mei 2019

Cerpen

Menemukan Dompet

Sudah beberapa bulan aku menunggu panggilan kerja. Rasanya hariku pilu bingung tanpa arah. Kerjaanku hanya luntang-lantung di rumah. Aku bingung harus ngapain. Ingin usaha tapi tak punya modal. Suatu hari, kuniatkan untuk bertemu teman-temanku, sekedar berbagi tentang masalahku ini.

Saat jalan menuju rumah temanku, di samping jalan sedikit ujung dari trotoar, aku melihat sebuah dompet berwarna hitam. Kuhampiri dompet itu, kubuka, dan kulihat isinya. KTP, SIM A, beberapa surat- surat penting, tabungan yang isinya fantastis, dan sebuah kartu kredit. Dalam pikiranku muncul suara agar aku menggunakan isi dalam dompet itu.

Tapi tidak, aku harus mengembalikan dompet ini pada pemiliknya. Tak selang berapa lama setelah aku pulang dari rumah temanku, kukembalikan dompet itu. Bermodalkan alamat di KTP, aku menemukan rumahnya di perumahan elit dekat dengan hotel Grand Palace. Kupencet bel dan kemudian dibuka oleh tukang kebun yang bekerja di rumah itu.

“Permisi, Pak. Benarkah ini alamat Pak Budi?” Tanyaku.

“Iya benar. Anda siapa, ya?” Tanya tukang kebun.

“Saya Adi, ingin bertemu dengan Pak Budi. Ada urusan penting.”

“Baiklah silakan masuk, kebetulan bapak ada di dalam,” Pinta tukang kebun.

Aku masuk dengan malu-malu ke dalam rumah megah pemilik dompet yang kutemukan.



“Ada apa? Siapa Kamu?” Tanya pemilik rumah itu kepadaku.

“Saya Adi, Pak. Mohon maaf sebelumnya, saya menemukan dompet Bapak di trotoar dekat hotel.”

“Oh, ya silakan duduk, Nak!”

Aku duduk di dekat beliau dan menyerahkan dompet yang kutemukan tersebut.

“Kau tinggal di mana, Nak? Dan bekerja di mana?” Tanyanya dengan penasaran.

“Di kompleks Asri Cempaka, Pak. Saya masih ngganggur sudah berbulan – bulan melamar tapi belum dapat panggilan.” Tambahku.

“Kau sarjana apa?” Tanyanya.
“Ekonomi Manajemen, Pak.” Jawabku.

“Oke baiklah, Nak. Di perusahaan Bapak sedang membuthkan staff administrasi. Barangkali jika kamu tertarik bisa ke kantor saya besok pagi jam 9. Ini kartu nama saya.” Sambung Pak Adi sambil menyodorkan kartu namanya padaku.

“Sungguh, Pak?”

“Iya, Nak. Saya membutuhkan karyawan yang penuh dedikasi dan jujur seperti dirimu ini.”



“ Terima kasih banyak, Pak.” Kataku tidak percaya, ini seperti keajaiban.

Unsur Instrinsik:

Tema : Nilai moral
Tokoh : Adi dan Pak Budi
Alur : Maju
Latar : Trotoar dekat hotel grand palace, di rumah pak budi, sedih, bahagia
Gaya Bahasa : Lugas
Sudut Pandang : Orang pertama
Amanat : Kejujuran adalah sifat yang mulia dan akan mendapat balasan kebaikan baik dari orang sekitar maupun dari Tuhan.

Related Posts:

  • Puisi Sahabat Itu… Selalu hadir dalam kehidupan kitaBaik itu senang atau susahTak perlu berkata ia pasti mendengarSemua cerita akan tercampur dengan bumbu kisahnyaMenegur kala kita salah mengambil langkahMenyokong kala kita menga… Read More
  • Puisi Sahabat…Waktu telah bergulirTali persahabatan telah kita rajutBersama kita semaikan bunga-bunga di hatiDalam hasrat ini,dan dalam angan inidan dalam asa mimpi iniHanya satu kuingin, hati kita samaDi dalam satu kalimat, bahwa… Read More
  • Puisi Sahabat Sahabat…Yah sahabat…Kau adalah sosok yang kucari Meski kau tak peduli akan hatikuMeski kau tak pernah melihat deritakuMeski kau tak tahu akan keterpurukanku Namun kau adalah sahabatYang selalu melukiskan senyum di… Read More
  • Puisi iada Lupakan Ia Siapa tak kenal pendamping setiaSelalu ada untuk kita, saat suka atau dukaSiapa tak tahu perbuatan haruSeorang penyeru ,dengan isi hati yang syahduSiapa tak senang melihat semua riangBahagia selalu ,meski sa… Read More
  • Puisi Tak Lekang oleh Waktu Diawali dari perkenalanTersusun menjadi keakrabanMengisi hari-hari penuh maknaTerjalin persahabatan antara kita Hari-hari kian berlaluWalaupun aku dan kamu hanya sebatas waktuKita telah ukir sebuah pe… Read More

0 komentar:

Posting Komentar